
Banda Aceh – Bank Indonesia (BI) masih menunggu keluarnya peraturan terbaru mengenai devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA). Agar bank sentral dapat menyesuaikan dan mengumumkan jenis instrumen penempatan DHE SDA yang baru.
Menurut Triwahyono, Direktur DPMA BI, bank sentral telah menyiapkan instrumen baru tetapi belum dapat diumumkan secara resmi karena masih ada pembahasan mengenai peraturan pemerintah DHE SDA. Saat ini topik-topik tersebut masih sedang dibahas secara intensif, contohnya apakah nanti akan dilakukan konversi menjadi pengecualian, dan juga pembayaran pajak DHE valas dan hal lainnya. Semua hal tersebut masih dalam proses diskusi dari berbagai kementerian dan lembaga,” ujar Angkaraja Triwahyono di Banda Aceh, pada hari Sabtu.
Triwahyono also clarified that the regulations issued by BI must comply with the new DHE SDA PP. Jika PP tersebut telah diterbitkan, maka BI akan menyesuaikan ketentuan termasuk alat-alat apa pun yang akan dikeluarkan oleh BI untuk menanggapi kebijakan dari DHE SDA.
Hingga sekarang, PP-nya belum dikeluarkan, sehingga instrumen tersebut akan harus dilengkapi dengan fitur-fitur yang akan dirilis sesuai dengan ketentuan baru,” ujarnya. Menurut Triwahyono, posisi instrumen deposito berjangka valas DHE saat ini sekitar 1,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS). TD valas DHE telah menjadi pilihan investasi DHE SDA, mengacu pada kebijakan terbaru DHE SDA yaitu PP Nomor 36 Tahun 2023.
Selain menawarkan transaksi valuta asing dengan Underlying, Bank Indonesia sebenarnya sudah memiliki beberapa instrumen lain seperti rekening valas khusus untuk DHE, deposito valas di bank, promissory notes dari Lembaga Pendanaan Ekspor Indonesia (LPEI), penempatan deposito valas yang bisa dijadikan jaminan kredit rupiah, foreign exchange swap dengan underlying deposito valas, dan juga swap lindung nilai yang disediakan oleh Bank Indonesia.
Pada konferensi pers setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Januari 2025 di Jakarta pada 15 Januari lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa BI akan mengeluarkan instrumen baru untuk menempatkan DHE SDA, yaitu melalui Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI). Tetapi pada saat itu, Perry belum memberikan penjelasan lebih lanjut tentang kedua instrumen tersebut.
SVBI dan SUVBI merupakan instrumen moneter pro-market yang diterbitkan oleh BI. Salah satu intrumen monetris pro-market lainnya adalah Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Menurut data dari BI, pada tanggal 14 Januari 2025, instrumen SVBI dan SUVBI memiliki posisi masing-masing sebesar 1,96 miliar dolar AS dan 436 juta dolar AS. Pada tanggal 22 Januari kemarin, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengumumkan bahwa revisi peraturan mengenai DHE SDA telah selesai dibahas dan saat ini dalam proses penyusunan PP.
Proyek DHE telah selesai. Proyek peraturan-peraturan sedang dipersiapkan, dilakukan penyesuaian, lalu akan dilakukan koordinasi dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan perbankan,” kata Airlangga. Berdasarkan pernyataan Airlangga, regulasi terbaru mengenai DHE SDA akan mewajibkan para eksportir untuk menyimpan seluruh DHE SDA di Indonesia setidaknya selama satu tahun penuh. Kebijakan DHE SDA sebelumnya mengharuskan para eksportir untuk menyimpan setidaknya 30 persen dari DHE SDA selama setidaknya tiga bulan.