
Semarang – Pada hari Senin, ratusan umat Muslim melaksanakan Shalat Idul Fitri 1446 Hijriah di kawasan objek wisata Lawang Sewu, yang terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Jamaah tidak hanya memenuhi halaman plaza Lawang Sewu, tetapi juga mengisi area di sekeliling objek wisata yang berada di jantung Kota Semarang. Sekitar pukul 06. 15 WIB, pelaksanaan Shalat Id dimulai dan berlangsung dalam suasana khusyuk, dengan Ustaz Makhasim sebagai imam sekaligus khatib. Shalat Id yang diadakan di kompleks Lawang Sewu ini merupakan yang pertama kali dalam sejarah objek wisata peninggalan Belanda tersebut.
Dalam tausiyahnya, Ustaz Makhasim berharap bahwa Shalat Id pertama yang diadakan di lokasi ini dapat membawa berkah bagi komunitas dan objek wisata Lawang Sewu. “Semoga kita tetap konsisten dalam beribadah dan menjalankan ketaatan,” ujarnya Cvtogel.
Shalat Id tersebut berlangsung selama sekitar 30 menit dengan suasana khidmat. Setelah selesai shalat, jamaah tidak langsung pulang untuk merayakan Lebaran. Banyak peserta Shalat Id mengambil waktu untuk berpose di objek wisata yang dikenal akan cerita horornya karena bangunannya yang sudah berdiri lebih dari satu abad.
Jamaah yang datang bersama keluarga mereka berfoto dengan latar gedung bersejarah ini. Salah satu jamaah, Mutia Dinda dari Gresik, Jawa Timur, menyatakan bahwa melaksanakan Shalat Id di Lawang Sewu sangat menarik. “Shalat sambil melihat langsung ikon Kota Semarang,” ungkapnya.
Dinda, yang biasanya melaksanakan Shalat Id di Lapangan Simpanglima Semarang, berinisiatif hadir di Lawang Sewu setelah mengetahui informasi dari media sosial. Sementara itu, Irsyad Hidayatullah, jamaah lainnya, mengaku sangat bersemangat untuk beribadah di kompleks bangunan bersejarah ini.
“Rasanya berbeda. Sejuk, tenang, dan terasakan nuansa masa lalu,” kata warga Semarang yang bekerja di Jakarta ini. Ia juga tidak merasakan suasana horor baik selama shalat maupun saat menjelajahi objek wisata tersebut. Melaksanakan Shalat Id di Lawang Sewu memberikan pengalaman unik bagi dirinya dan keluarga yang biasanya shalat di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) di Semarang.
Pada hari itu, ia datang bersama orang tua dan saudaranya. Ia melihat lokasi shalat tersebut bersih, sehingga sangat menarik untuk dikunjungi. Pengalaman lain datang dari Azahra Ramadhan, mahasiswi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang yang tidak dapat pulang ke kampung halamannya di Makassar.
Zahra dan temannya dengan sengaja berangkat dari tempat indekos di daerah Tembalang, Kota Semarang, untuk melaksanakan Shalat Id di Lawang Sewu. Dengan semangat tinggi, mahasiswi semester empat ini berangkat pukul empat pagi, namun setibanya di sana, mereka mendapati gerbang masih terkunci.
Zahra menempuh jarak sekitar sebelas kilometer dari tempat indekosnya di Tembalang menuju Lawang Sewu yang terletak di Jalan Pemuda, Kota Semarang. Setelah selesai shalat, Zahra dan temannya meluangkan waktu untuk berfoto di beberapa spot bangunan bersejarah itu.
Di pihak lain, Otnial Eko Pamiarso, Manajer Bangunan Bersejarah dan Museum PT KAI Pariwisata, menyebutkan bahwa antusiasme umat Muslim yang melaksanakan Shalat Id pertama di Lawang Sewu cukup tinggi. Bagi pengelola, pelaksanaan Shalat Id di lokasi tersebut sekaligus menanggapi kesan horor dari gedung bersejarah yang didirikan oleh Belanda.
Melalui shalat sunnah ini, diharapkan kesan horor bisa dihilangkan dan menunjukkan bahwa Lawang Sewu adalah tempat yang ramah untuk keluarga.
Pelaksanaan Shalat Id di lokasi wisata yang merupakan simbol Kota Semarang dapat menjadi kesempatan menarik bagi warga Ibu Kota Jawa Tengah, termasuk para pengunjung dari luar daerah Jateng untuk merasakan pengalaman secara langsung.Pada hari-hari biasa, Lawang Sewu menjadi tempat wisata utama bagi pengunjung dan warga luar yang datang ke Kota Semarang.
Dengan datangnya Idul Fitri, masyarakat diizinkan masuk secara gratis sambil melaksanakan ibadah di area Lawang Sewu. Setelah pelaksanaan Shalat Id, kompleks wisata Lawang Sewu akan dibuka kembali seperti biasanya untuk para wisatawan.
Otnial menjamin harga tiket masuk ke Lawang Sewu tetap Rp20. 000 per orang, tidak ada kenaikan selama liburan ini. Lawang Sewu adalah sebuah bangunan peninggalan Belanda yang didirikan pada awal 1900-an. Bangunan ini memiliki desain dengan banyak pintu dan jendela besar yang berada di pusat Ibu Kota Jawa Tengah, tepatnya di kawasan Tugu Muda Semarang.
Dahulu, Lawang Sewu berfungsi sebagai kantor administrasi untuk perusahaan kereta api Belanda yang bernama Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Selama penjajahan Jepang, Lawang Sewu sempat digunakan sebagai markas tentara serta pusat transportasi Riyuku Sokyoku pada tahun 1942.
Bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 18. 232 meter persegi ini menyaksikan peristiwa pertempuran yang berlangsung selama lima hari di Semarang dari 15 hingga 19 Oktober 1945. Pengunjung yang datang ke Lawang Sewu masih dapat melihat sisa-sisa dari pertempuran yang terjadi lima hari itu. Selain itu, sudah dibuka untuk umum museum interaktif serta gua bawah tanah.
Gua bawah tanah ini merupakan salah satu teknik arsitektur yang digunakan untuk membuat Lawang Sewu lebih sejuk dengan aliran air di bawahnya. Melihat tingginya antusiasme masyarakat saat Shalat Id, pengelola akan melakukan penilaian agar pelaksanaan shalat di masa mendatang dapat berlangsung lebih nyaman dan khidmat bagi umat Muslim yang merayakannya.