Jakarta – Amiliana Mardiani Soesanto, seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di RSJPD Harapan Kita. Menekankan pentingnya menjalani gaya hidup yang bersih dan sehat. Untuk mencegah penyakit jantung rematik, yang dapat mencederai katup jantung.

Dalam sebuah acara yang disiarkan oleh Kementerian Kesehatan dengan judul “Jantung Bisa Kena Rematik? Kenali Tandanya Sebelum Terlambat!” di Jakarta pada hari Kamis, Amiliana menjelaskan bahwa penyakit jantung rematik muncul akibat tiga faktor, yaitu lingkungan, bakteri yang dinamakan Streptococcus, dan faktor genetik.

Menurutnya, penyakit ini biasanya dimulai saat seseorang masih anakanak dan terinfeksi oleh bakteri tersebut, yang menyebabkan infeksi tenggorokan. Ia menjelaskan, tubuh anak tersebut lalu memproduksi antibodi untuk melawan bakteri, namun antibodi tersebut bisa menyerang tubuh sendiri, mengakibatkan komplikasi dari tonsilofaringitis.

“Ini yang disebut demam rematik pada anakanak. Proses dari demam rematik ini berlanjut. Ketika anak tersebut mencapai usia 20an atau 30an, katup jantung mereka dapat mengalami kerusakan akibat proses ini. Setelah katup jantung itu rusak, itu yang dikenal sebagai penyakit jantung rematik,” ungkapnya TVTOGEL.

Dokter itu juga menambahkan bahwa proses kerusakan ini berlangsung secara bertahap namun tetap progresif, hingga akhirnya fungsi katup terganggu, seperti mengalami kebocoran atau menyempit.

Ia menjelaskan bahwa ada dua jenis pencegahan untuk masalah ini, yaitu pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan ini bisa dilakukan dengan obatobatan, seperti penisilin, guna menghentikan demam reumatik agar tidak berkembang menjadi penyakit jantung rematik. Jika pencegahan ini dilakukan lebih awal, maka infeksi tenggorokan dapat dicegah agar tidak berlanjut menjadi demam reumatik.

Amiliana juga menyoroti tantangan dalam mengenali gejala infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh streptococcus, yang sering kali mirip dengan infeksi tenggorokan lainnya. Ia mengingatkan para orang tua untuk tidak meremehkan infeksi semacam itu.

“Jangan anggap sepele; pastikan untuk memeriksakan diri ke dokter. Pada tahap awal, mungkin tidak ada demam, namun demam rematik bisa muncul setelah beberapa waktu, mulai dari beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah infeksi tenggorokan itu,” tambahnya.

Ia mencatat bahwa faktor risiko genetik tidak dapat diubah, tetapi faktor risiko lain seperti lingkungan dan kuman bisa dikelola. Lingkungan yang bisa meningkatkan risiko infeksi ini termasuk daerah yang padat penduduk dan tidak bersih.

“Kita perlu menjaga lingkungan tetap bersih dan menjalani gaya hidup sehat. Selain itu, untuk kuman yang ada, penting untuk mendapatkan pengobatan dan antibiotik dengan tepat waktu,” ungkapnya.