Di Dunhuang, provinsi Gansu, China, sedikitnya ada lima destinasi wisata dunia yang dinilai telah melakukan sustainability Strategy pada pengelolaannya. Objek wisata yang berada di Gurun Gobi ini merupakan situs warisan dunia UNESCO yang eksistensinya terus dijaga agar kelak generasi penerus dunia masih bisa menyaksikannya.
Dari Gua Mogao yang dikenal sebagai “Gua Seribu Buddha”’ Gunung Pasir Bernyanyi (Mingsha Shan) dengan ribuan unta berisi kalifah wisata yang menyusurinya; Crescent Lake Scenic Area, danau bulan sabit yang unik dan dikelilingi oleh pegunungan pasir; Taman Geologi Nasional Yadan (The Yadan Landform), yang dikenal sebagai “Kota Hantu”; hingga reruntuhan kota kuno Dunhuang, yang menawarkan pandangan tentang sejarah dan budaya kuno Dunhuang. Semua tertata apik dan rapi dalam konsep Sustainability yang patut di acungkan jempol.
Gunung Pasir Angkaraja Bernyanyi (Mingsha Shan) dengan ribuan unta berisi kalifah wisata yang menyusurinya, diangkat sebagai tema objek observasi pertama. Mengkaji dan menilai secara langsung di lapangan, sejauh mana objek wisata berkelas dunia ini menerapkan kebijakan sustainability dalam manajemen pengelolaannya,
Tujuan utama dari Sustainability adalah untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Memiliki tiga pilar utama, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial. Melibatkan berbagai strategi, seperti efisiensi, penggunaan sumber daya terbarukan, dan pengelolaan limbah yang baik.
Menuju Objek Wisata Kelas Dunia dengan Sustainability Strategy
Di hari ke empat, 28 Petualang wisata Silk Route meninggalkan kota Turpan menuju Dunhuang. Perjalanan panjang dari daerah otonomi Xinjiang Uighur menuju provinsi Gansu, salah satu titik terpenting rute jalur sutra kuno. Rumah bagi lima objek wisata dunia yang disebutkan di atas. Dipersingkat perjalanannya dengan naik kereta cepat (bullet train).
Naik bullet train tercepat di China membuat semua peserta ekstra “gercep” – gerak cepat, kalau tak mau tertinggal kereta. Dengan satu koper besar dan satu koper kecil pada setiap peserta, rasanya tak semudah naik kereta biasa. Naik – turun dengan kereta cepat, waktunya hanya singkat. Hanya lima menit saja pintu terbuka dan tertutup.
Bisa dibayangkan, kalang kabutnya memastikan semua anggota petualang yang berjumlah 28 orang masuk dan keluar kereta dengan koper-kopernya. Tapi semua bisa diatasi, walau harus banyak drama di dalamnya. Semua menjadi cerita dan kenangan yang indah.
Ditemani local guide yang menamakan dirinya “Spring” agar mudah diingat dari nama asli China nya susah dilafalkan, 28 petualang Silk Route ini pun mulai mengeksplorasi destinasi wisata dunia, di Dunhuang.
Gunung Pasir Berbunyi (Mingsha Shan)
Menjadi bagian gurun pasir Gobi, yang secara geografis berada di Padang Pasir Badain Jaran , Dunghaung, Gansu province, China. Berjarak sekitar 5 Km dari kota Dunhuang dan sekitar 28 Km dari Gua Mogao. Kadang orang menyebutnya gunung pasir berdengung atau berbisik.
Suara “bernyanyi” atau “berdengung” atau “berbisik” merupakan fenomena unik dari gunung pasir ini. Dihasilkan dari gesekan antara jutaan butir pasir saat angin bertiup kuat melalui butiran pasir. Akan lebih terdengar jelas saat kondisi cuaca kering dan angin bertiup dengan kecepatan tertentu. Kelembaban yang rendah membantu butiran pasir tetap kering dan mudah bergerak, yang penting untuk menghasilkan suara.
Ukuran Situs Angkaraja butiran pasir di Mingsha Shan umumnya kecil, halus dan bulat. Ukuran yang seragam ini membantu dalam proses gesekan yang menghasilkan suara. Pasir ini biasanya terdiri dari kuarsa. Mineral keras dan tahan lama. Komposisi ini juga berkontribusi pada kemampuan pasir menghasilkan suara.
Pasir di pegunungan ini cenderung kering, yang penting artinya untuk menghasilkan suara. Pasir yang basah atau lembab tidak menghasilkan suara yang sama karena gesekan antar butir berkurang.
Gunung pasir bernyanyi yang berada gurun pasir Gobi dulunya sunyi. Kini tak henti-hentinya ribuan orang datang silih berganti. Dulu hanya beberapa “kafilah dagang” yang menyusurinya.
Kini ribuan “kafilah wisata” dengan aneka kostum datang untuk selfie. Tak hanya Camel Riding yang mendominasi gunung. Meluncur dari puncak bukit pasir dengan papan seluncur atau Sandboarding kini menjadi gandrung.
Adalagi mode eksplorasi wisata baru yang diperkenalkan di Mingsha Shan ini, seperti mengendarai motor atau SUV. Juga terbang dengan glider (paralayang) untuk melihat indahnya panorama bukit pasir dan danau bulan sabit. Destinasi wisata ini juga menjadi tempat favorit menikmati matahari terbit (Sunrise) dan matahari terbenam (Sunset) yang sangat memukau.
Mingsha Shan dan Sustainability Strategy
1. Konservasi Alam dan Pengelolaan Lingkungan
Mingsha Shan atau gunung pasir bernyanyi, dikelola dengan sangat apik dan nyaman dengan sustainability strategy yang sangat tepat. Pengelola wisata gurun Gobi ini berfokus pada pelestarian ekosistem gurun pasir yang unik.
Memanfaatkan unta sebagai fauna lokal sebagai mode transportasi utama wisata menelusuri bukit pasir. Yang menjadi daya tarik utama destinasi wisata ini dengan alam gurun sebagai lingkungannya.
Unta-unta di Camel Riding Mingsha Shan semua terlihat sehat dan gemuk, karena mendapat perawatan yang baik. Mendapat asupan nutrisi yang tepat dan mendapat perawatan rutin oleh dokter hewan untuk memastikan mereka dalam kondisi baik dan bebas dari penyakit.
Unta-unta ini juga tidak dipekerjakan berlebihan. Semua dalam takaran kerja yang wajar dengan pembatasan jumlah perjalanan yang dapat mereka lakukan setiap hari untuk menghindari kelelahan. Tentunya juga dengan istirahat yang cukup.
Sementara pemandu wisata camel riding dilatih untuk menangani unta dengan cara yang manusiawi. Menuntun unta sesuai prosedur dan jalur. Tidak saling mendahului. Bersikap hormat dan membantu wisatawan. Serta sedikit keterampilan fotografi dengan smartphone. Agar dapat membantu mengabadikan momen-momen indah wisatawan saat berada di atas unta. Sementara wisatawan juga diedukasi dengan informasi pentingnya memperlakukan unta dengan baik dan tidak melakukan tindakan yang menyakiti hewan.
Rute pergerakan “kafilah wisata” yang jumlahnya ribuan unta setiap hari ini diatur agar konservasi lingkungan tetap terjaga. Sehingga dampak negatif eksploitasi gurun bernyanyi ini mencapai titik minimum. Aktivitas berselancar dengan sandboard hanya difokuskan di satu bukit, tanpa mengganggu atau merusak kondisi bukit pasir lainnya.
Flora dan fauna lain di luar unta tentunya, terlindungi dengan baik di gurun Gobi ini. Beberapa jalan sengaja dibuat untuk meminimalisasi kontak langsung kendaraan operasional bertenaga listrik bersentuhan langsung dengan pasir gurun.
Area ini pun melakukan pembatasan harian jumlah pengunjung yang diperketat dengan control tiket masuk dan keluar ber-barcode. Untuk mengontrol dampak langsung dari keberadaan wisatawan yang memiliki potensi tinggi dalam kerusakan lingkungan gurun padang pasir.
Jumlah wisatawan harian pada hari biasa bisa mencapai angka 5.000 sd 10.000 orang dan pada hari libur bisa mencapai angka 20.000 sd 30. 000 kunjungan wisatawan setiap harinya.
2. Penggunaan Energi Terbarukan
Penggunaan energi terbarukan mendominasi alat transportasi di Mingsha Shan ini. Semua mobil yang mengangkut wisatawan dari satu titik kumpul ke titik kumpul lainnya hanya menggunakan mobil terbuka bertenaga listrik atau baterai.
Pembatasan titik gerak kendaraan listrik dan pembatasan titik kumpul juga meminimalisasi jejak karbon. Sebagian besar pergerakan wisatawan dengan berjalan kaki. Selain hemat juga sehat.
Mobil-mobil berenergi baterai ini juga digunakan untuk wisatawan yang mempunyai kendala naik unta, baik karena keterbatasan fisik, sakit atau takut secara psikologis untuk naik unta.
Mereka akan membawa wisatawan berkeliling gunung dalam jalur yang telah ditentukan hingga ke titik kumpul terakhir unta. Sehingga pada titik ini mereka dapat bergabung dengan groupnya untuk bersama ke Danau Bulan Sabit (Crescent Lake Scenic Area) di dekatnya.
3. Pengelolaan Limbah
Hebatnya di gunung pasir bernyanyi ini, limbah sampah nyaris tak terlihat. Semua area wisata tampak bersih. Edukasi terhadap wisatawan cukup berhasil . Edukasi tertulis (walau kebanyakan masih berbahasa China) terlihat, juga imbauan langsung dari pengeras suara. Tempat sampah secara rapi tersedia di beberapa titik. Didukung kesigapan petugas kebersihan yang selalu berjaga di beberapa titik Lokasi
Limbah kotoran unta yang jumlahnya ribuan terlihat dikelola dengan sangat baik, sehingga tak terlihat banyak kotoran unta di sana-sini. Bau tak sedap kotoran unta pun masih bisa ditolerir, dan hanya sedikit tercium di titik lokasi berkumpulnya untuk menunggu penumpangnya. Artinya pengelola wisata sudah sangat baik menangani limbah.
Demikian pula pengelolaan toilet yang kondisinya relatif bersih. Aroma khas toilet di China memang tak sepenuhnya dihilangkan. Hal ini terkait dengan asupan jenis makanan dan minuman rata-rata orang china di sana. Namun secara umum terlihat sangat baik dan bersih dalam mengelola air dan limbah yang ada.
4. Ekonomi dan Keterlibatan Penduduk Lokal
Pengelolaan objek wisata Gunung Pasir Bernyanyi ini melibatkan banyak penduduk lokal. Unta-unta yang jumlahnya ribuan di padang pasir ini dimiliki oleh penduduk lokal.
Asosiasi mengatur penyewaan unta untuk dikendarai wisatawan dengan pemilik sebagai penuntun unta. Penomoran punggung unta mempermudah pengaturan. Sehingga terlihat setiap rombongan mempunyai unta dengan jumlah yang tidak sama.
Dengan penggunaan unta sebagai objek wisata, pendapatan penduduk lokal untuk kesejahteraan hidupnya terus terjaga. Belum lagi tip atau apresiasi langsung sebesar 10 yuen per orang dari setiap rute perjalanan unta yang dilakukan. Semua cukup berkontribusi bagi kesejahteraan penduduk di sekitar objek wisata.
Penduduk lokal yang tidak memiliki unta diberi kesempatan untuk berdagang di sekitar lokasi pembelian tiket dan menuju parkiran bus yang datang dari beberapa penjuru kota.
Dari makanan dan minuman khas lokal, souvenir, kelengkapan wisata seperti topi, payung, sal masker, sarung sepatu untuk menghindari pasir, hingga penyewaan baju dan rias wajah.
Maka tak heran di Mingsha Shan terlihat banyak “bidadari-bidadari” cantik china turun ke bumi ditemani pangeran-pangeran dari dunia persilatan china. Menjadikan pemandangan semakin meriah. Penuh pesona, ala China.
5. Edukasi Wisatawan
Wisatawan sejak awal sudah diedukasi dengan banyak informasi tentang pentingnya menjaga kelestarian objek wisata baik dari local guide yang bertugas menemani group maupun di tempat lokasi objek wisata berupa brosur, poster, papan informasi dll, walau Sebagian besar masih berbahasa China. Selalu menjaga kebersihan dan mengikuti prosedur teknis di lapangan
Infrastruktur Berkelanjutan
UNESCO sebagai Lembaga yang melindungi situs warisan dunia terlihat mendukung perlindungan dan penerapan sustainability strategy pengelola Gunung Pasir Bernyanyi dalam menerapkan semua kebijakan-kebijakan keberlanjutan yang diterapkan di objek wisata warisan dunia ini.
Pasar dan kios-kios dirancang dengan mempertimbangkan dampak lingkungan, menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan desain yang meminimalkan jejak ekologis. Beberapa lokasi pasar menggunakan sumber energi terbarukan seperti panel surya untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil
Sehingga secara keseluruhan dapat terlihat bahwa tiga pilar utama Sustainability Policy yang berfokus pada ekonomi, lingkungan, dan sosial secara apik sudah terlaksana di objek wisata Mingsha Shan ini. Semua bersinergi untuk membangun ekosistem yang berkelanjutan untuk generasi penerus dunia.
Komitmen Pemerintah China Dalam Sustainability Objek Wisatanya
Pemerintah China memiliki komitmen yang kuat dalam mendukung program dunia dalam aspek Sustainability Policy. Beberapa Langkah utama yang telah diambil adalah dengan perubahan struktur ekonominya.
Mereka telah beralih dari fokus di sektor industri manufaktur yang intensif energi ke sektor jasa yang lebih ramah lingkungan, pada 2018 sektor jasa menyumbang 52 % dari PDB.
China juga telah melakukan pengurangan penggunaan batubara. Kini China memimpin dunia dalam penggunaan energi terbarukan seperti angin, matahari, dan biomassa.
Pada KTT COP26, China dan Amerika sepakat untuk bekerjasama mempercepat aksi iklim. Kedua negara berkomitmen untuk mengurangi emisi metana dan meningkatkan upaya emisi jangka pendek. Presiden Xi Jinping telah menetapkan target untuk mencapai puncak emisi sebelum tahun 2030 dan mencapai netralitas karbon pada 2060.
Beberapa inisiatif utama juga telah dilakukan pemerintah China dalam mengelola destinasi wisatanya. Mereka telah menetapkan rencana lima tahun untuk mengembangkan sektor pariwisata dalam periode 2021-2025, dengan menekankan pentingnya pengelolaan destinasi wisata berkelanjutan, termasuk pelestarian lingkungan dan budaya lokal.
China juga telah menerapkan prinsip pengelolaan berkelanjutan yang mencakup pengelolaan dampak sosial-ekonomi, budaya, dan lingkungan. Termasuk upaya meminimalkan dampak pariwisata massal dan memastikan bahwa manfaat ekonomi dari pariwisata dirasakan oleh masyarakat lokal.
Mereka juga berfokus pada pelestarian lingkungan di destinasi wisata dengan mengurangi polusi, mengelola limbah dengan lebih baik, dan melindungi keanekaragaman hayati.
Upaya pelestarian budaya juga menjadi prioritas, dengan program-program yang mendukung dan mempromosikan warisan budaya lokal. Mereka juga bekerja sama dengan organisasi internasional untuk mengadopsi standar global dalam pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
Semua langkah-langkah ini menunjukkan komitmen China untuk memastikan bahwa pariwisata tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lokal.
Negeri besar yang kaya dengan destinasi wisata sekelas dunia ini seharusnya lebih berkomitmen dalam kebijakan Sustainability dalam pengelolaan pariwisatanya. Tentunya secara kebijakan negara semua aspek Sustainability Policy sudah ada.
Di sektor Pariwisata Indonesia telah mengembangkan kebijakan peningkatan pariwisata berkelanjutan, namun implementasi kebijakannya masih menghadapi tantangan dalam hal koordinasi antar Lembaga dan peningkatan kesadaran masyarakat.
Diperlukan komitmen besar dan kuat dari para pemimpin agar mau dan mampu mengimplementasikan kebijakan Sustainability di lapangan. Memastikan bahwa koordinasi yang baik antar Lembaga bisa berjalan dalam satu misi dan tujuan serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi aktif mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan agar manfaatnya langsung dapat dirasakan masyarakat.
Kami, 28 petualang semi adventure Silk Route telah melihat dan merasakan bagaimana objek wisata yang dikunjungi telah menerapkan kebijakan pariwisata berkelanjutan di negaranya.
Walau tidak semua peserta memahami konsep Sustainability secara konsep keilmuan, namun secara praktis mereka bisa langsung melihat dan merasakan fakta di objek wisata tersebut. Bagaimana teratur, bersih dan nyamannya berada di suatu objek wisata kelas dunia yang telah dikelola dengan baik dalam sistem berkelanjutan.
Yang perlu diingat adalah bahwa Tujuan utama dari Sustainability adalah untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Dimana tiga pilar utamanya, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial yang melibatkan berbagai strategi, seperti efisiensi, penggunaan sumber daya terbarukan, dan pengelolaan limbah yang baik, dapat diwujudkan dengan baik.
Terus semangat mengembangkan dan menerapkan konsep Sustainability dalam semua aspek kehidupan dan kegiatan kita. Karena dengannya kita bisa sedikit berkontribusi bagi program besar dunia menyelamatkan bumi untuk generasi selanjutnya.